Thursday, February 23, 2012

Buanglah Sampah di Tempat Sampah


Dimulai dari kita TK -bagi yang pernah TK- dipastikan sudah familier dengan yang namanya slogan “Buanglah Sampah Pada Tempatnya.” Sebuah kalimat yang standar ambigu yang sangat mudah diingat dan manjadi salah satu propaganda program save our planet ato stop global warming. Dikatakan ambigu dikarenakan doi bisa dipersepsikan berbeda menurut masing masing individu.

Setiap orang mempunyai standard dan ukuran tersendiri dalam masalah sampah dan tempat sampah. Sabage contoh kambing misalnya. My brother in crime yang satu ini lebih memilih untuk menyulap kamar sekaligus kandang yang multifungsi. Selain berfungsi sebage tempat berteduh dan beristirahat doi memang sengaja memparalelkan fungsi kandang doi sebage tempat sampah juga.

Bagi sebagian orang lebih memilih sungai sebage tempat sampah dikarenakan mereka pikir emang sungai merupakan tempat sampah mereka, selain hemat cepat dan gak ribet sungai memang sudah terkenal mampu menyamarkan berbage macam sampah. Mulai dari kuda, kucing, sampah basah, sampah kering sampe bayi pun bisa di amblaskan sama yang namanya sungai. Ekonomis bukan?

Belum lagi jalan raya. Kalo boleh diusulkan di buku rekod dunia, Indonesia bisa dikatakan mempunyai tempat sampah terpanjang di dunia. Pinggir jalan dari Sabang sampe Merauke juga merupakan tempat sampah gratis yang popular di khalayak umum. Sambil naik mobil, motor, becak ato bahkan sepatu roda kita bisa dengan asyik mempercantik jalan dengan yang namanya sampah.

Padahal kalo dipikir2 dimanapun sampah itu dibuang , tetep aja tempatnya masih di bumi juga n ujung2nya dalam 1000th ke depan bumi akan menjadi gumpalan sampah di alam semesta. Dipastikan warga planet Jupiter bakalan ketawa ngakak sampe njungkling melihat gumpalan sampah berevolusi mengelilingi Matahari. Sukurin bagi generasi penerus yang nanti bakalan bersahabat karib dengan sampah.

Harusnya slogan “Buanglah Sampah pada tempatnya” diganti menjadi “Buanglah Sampah Pada Tempat Sampah Yang Terbuat Dari Apa Aja Asal Sampah Tidak Berserakan Kemana Mana dan Bisa Dipungut Oleh Tukang Sampah yang Nantinya Akan Dipisah2 dan Diolah Menjadi Pupuk Atopun Didaur Ulang Sehingga Mampu Digunakan Untuk Kebaikan Kita”

Kalo masih bebal juga boleh lah kita usulkan UU tentang buang sampah. Misalkan buang sampah sembarangan dicambuk 29 kali pake cambuk sapi di depan kantor KUA dan disaksikan Bapak Camat dan perangkat Desa serta dikenakan biaya tiket nonton sebesar Rp.750/kepala. Disamping menimbulkan efek jera, hukuman ini berfungsi sebagepembuktian eksistensi hukum bagi para pelaku Poligami yang emang doyan keluar masuk KUA bahwa bukan cuman masalah poligami gak penting aja yang punya Undang Undang.