Dimulai dari kita TK -bagi yang pernah TK- dipastikan sudah familier
dengan yang namanya slogan “Buanglah Sampah Pada Tempatnya.” Sebuah
kalimat yang standar ambigu yang sangat mudah diingat dan manjadi salah
satu propaganda program save our planet ato stop global warming.
Dikatakan ambigu dikarenakan doi bisa dipersepsikan berbeda menurut
masing masing individu.
Setiap orang mempunyai standard dan ukuran tersendiri dalam masalah sampah dan tempat sampah. Sabage contoh kambing misalnya. My brother in crime yang satu ini lebih memilih untuk menyulap kamar sekaligus kandang yang multifungsi. Selain berfungsi sebage tempat berteduh dan beristirahat doi memang sengaja memparalelkan fungsi kandang doi sebage tempat sampah juga.
Setiap orang mempunyai standard dan ukuran tersendiri dalam masalah sampah dan tempat sampah. Sabage contoh kambing misalnya. My brother in crime yang satu ini lebih memilih untuk menyulap kamar sekaligus kandang yang multifungsi. Selain berfungsi sebage tempat berteduh dan beristirahat doi memang sengaja memparalelkan fungsi kandang doi sebage tempat sampah juga.
Bagi sebagian
orang lebih memilih sungai sebage tempat sampah dikarenakan mereka pikir
emang sungai merupakan tempat sampah mereka, selain hemat cepat dan gak
ribet sungai memang sudah terkenal mampu menyamarkan berbage macam
sampah. Mulai dari kuda, kucing, sampah basah, sampah kering sampe bayi
pun bisa di amblaskan sama yang namanya sungai. Ekonomis bukan?
Belum
lagi jalan raya. Kalo boleh diusulkan di buku rekod dunia, Indonesia
bisa dikatakan mempunyai tempat sampah terpanjang di dunia. Pinggir
jalan dari Sabang sampe Merauke juga merupakan tempat sampah gratis
yang popular di khalayak umum. Sambil naik mobil, motor, becak ato
bahkan sepatu roda kita bisa dengan asyik mempercantik jalan dengan yang
namanya sampah.
Padahal kalo dipikir2 dimanapun sampah itu
dibuang , tetep aja tempatnya masih di bumi juga n ujung2nya dalam
1000th ke depan bumi akan menjadi gumpalan sampah di alam semesta.
Dipastikan warga planet Jupiter bakalan ketawa ngakak sampe njungkling
melihat gumpalan sampah berevolusi mengelilingi Matahari. Sukurin bagi
generasi penerus yang nanti bakalan bersahabat karib dengan sampah.
Harusnya
slogan “Buanglah Sampah pada tempatnya” diganti menjadi “Buanglah
Sampah Pada Tempat Sampah Yang Terbuat Dari Apa Aja Asal Sampah Tidak
Berserakan Kemana Mana dan Bisa Dipungut Oleh Tukang Sampah yang
Nantinya Akan Dipisah2 dan Diolah Menjadi Pupuk Atopun Didaur Ulang
Sehingga Mampu Digunakan Untuk Kebaikan Kita”
Kalo masih bebal
juga boleh lah kita usulkan UU tentang buang sampah. Misalkan buang
sampah sembarangan dicambuk 29 kali pake cambuk sapi di depan kantor KUA
dan disaksikan Bapak Camat dan perangkat Desa serta dikenakan biaya
tiket nonton sebesar Rp.750/kepala. Disamping menimbulkan efek jera,
hukuman ini berfungsi sebagepembuktian eksistensi hukum bagi para pelaku
Poligami yang emang doyan keluar masuk KUA bahwa bukan cuman masalah
poligami gak penting aja yang punya Undang Undang.